Journal of the American Medical Association (JAMA) melaporkan, beberapa ilmuwan di negara bagian Massachusetts, Amerika timur-laut, menemukan bahwa tingkat tinggi hormon "leptin", yang mengendalikan nafsu makan, tampaknya berkaitan dengan berkurangnya resiko perkembangan Alzheimer.
"Temuan ini sejalan dengan data percobaan baru-baru ini yang menunjukkan `leptin` meningkatkan fungsi ingatan pada hewan ... dan memperkuat bukti bahwa `leptin` adalah hormon dengan sangat banyak tindakan di sistem syaraf pusat," kata para penulis studi itu.
Mereka adalah peneliti di Framingham Heart Study, proyek penelitian yang berusia 60 tahun di bawah pengarahan National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI).
"Leptin", yang dihasilkan oleh sel lemak tubuh, mengirim sinyal ke otak setelah makan bahwa seseorang telah makan cukup banyak, sehingga mengurangi desakan untuk makan.
Studi tersebut mengukur tingkat "leptin" pada beberapa ratus orang yang berusia lanjut tanpa dementia, dan perhatian khusus diberikan pada sub-kelompok dengan sebanyak 200 objek ujicoba yang menjalani pemeriksaan pencitraan resonansi magnetik (MRI) yang lebih cepat.
Penelitian itu, yang dilakukan selama 12 tahun, mendapati bahwa objek dengan tingkat "leptin" paling rendah lebih mungkin untuk terserang penyakit syaraf tersebut dibandingkan dengan orang yang memiliki tingkat "leptin" paling tinggi.
Sebanyak 25 persen objek penelitian dengan tingkat "leptin" paling rendah, menurut studi itu, belakangan terserang Alzheimer, sementara hanya enam persen orang dengan tingkat "leptin" paling tinggi yang terserang penyakit tersebut.
Para peneliti itu mengatakan studi tersebut menunjukkan bahwa tingkat "leptin" seorang pasien akhirnya dapat digunakan sebagai penanda dalam mendiagnosis penyakit itu, atau bahkan dapat mengarah kepada terobosan dalam pengobatannya.
"Jika temuan kami dikonfirmasi oleh yang lain, tingkat `leptin` pada orang dewasa yang berusia lanjut mungkin dapat menjadi salah satu dari beberapa penanda-bio yang mungkin bagi kesehatan otak orang tua dan, yang lebih penting lagi, mungkin membuka jalur baru bagi kemungkinan campur-tangan pencegahan dan pengobataN," lata para penulis tersebut.
Sementara itu, satu studi lain di JAMA mendapati bahwa obat percobaan "tarenflurbil" tampaknya tidak memperlambat kemunculan atau kemajuan Alzheimer pada pasien yang menghadapi kasus sedang penyakit tersebut.
Studi selama 18 bulan itu atas 1.649 objek mendapati bahwa orang yang menggunakan obat tersebut tak memiliki hasil yang lebih baik dalam memperlambat kemerosotan daya kognitif dibandingkan dengan mereka yang diberikan pengganti, demikian keterangan Boston University Schools of Medicine and Public Health, sebagaimana dilaporkan kantor berita Prancis, AFP.
Sebanyak 37 juta orang di seluruh dunia, termasuk 5,3 juta orang di Amerika Serikat, hidup dengan dementia, dan penyakit Alzheimer mengakibatkan sebagian besar kasus itu, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sementara usia penduduk bertambah, jumlah itu diperkirakan meningkat dengan cepat dalam 20 tahun ke depan.
0 Responses to "Penyakit Alzheimer Berkaitan Dengan Hormon Lapar"
Posting Komentar